Sumbawa NTB - Sebagai lumbung pangan nasional, Nusa Tenggara Barat (NTB) memainkan peran penting dalam menjaga ketahanan pangan Indonesia. Salah satu langkah strategisnya adalah pembangunan infrastruktur melalui Proyek Strategis Nasional (PSN), termasuk 77 bendungan yang tersebar di Pulau Sumbawa dan Lombok. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya merupakan bagian dari PSN, seperti Bendungan Bintang Bano, Tiu Suntuk, dan Beringin Sila di Sumbawa.
Tiga bendungan besar di Sumbawa menyumbang 36, 72% kapasitas tampungan air di NTB dan mendukung irigasi hingga 10, 92?ri 57.330 hektar lahan pertanian. Namun, tantangan besar masih menghadang, seperti penurunan produktivitas padi di wilayah ini selama tiga tahun terakhir. Fokus kini bergeser pada pengelolaan air berkelanjutan untuk optimalisasi pertanian sekaligus menjawab kebutuhan masyarakat.
Dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di Sumbawa (4/12), Kepala BPKP NTB, Mudzakir, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor. "Pengelolaan yang baik akan membawa manfaat besar, " ujarnya.
Diskusi ini juga membahas potensi pariwisata yang dapat dikembangkan di sekitar bendungan, terutama Bendungan Bintang Bano dan Tiu Suntuk yang telah masuk dalam perencanaan wisata. Sayangnya, Bendungan Beringin Sila masih tertinggal karena belum tercantum dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA).
Balai Besar Wilayah Sungai (BWS) NTB I melaporkan upaya intensif untuk memperluas jangkauan irigasi. Bendungan Beringin Sila, misalnya, kini mengairi 2.400 hektar lahan dan berpotensi meningkat hingga 3.500 hektar. Sementara itu, Bintang Bano dan Tiu Suntuk masing-masing mengairi hingga 6.605 hektar dan 1.900 hektar.
Diskusi ini menyimpulkan perlunya strategi terpadu untuk mengoptimalkan manfaat bendungan, dari sektor pertanian, pengelolaan banjir, hingga pengembangan pariwisata. Dengan kolaborasi semua pihak, bendungan di NTB diharapkan menjadi katalisator ketahanan pangan sekaligus destinasi wisata yang memperkuat ekonomi masyarakat. (Adb)